Monthly Archives: November 2014
Tas Eceng Gondok dari Rajapolah sampai ke Jambi
Dengan berpikiran kreatif memanfaatkan eceng gondok sebagai bahan kerajinan seperti tas, tikar, aksesoris dan lain sebagainya. Akhirnya eceng gondok yang semula dianggap sebagai tanaman yang bisa merusak lingkungan karena sifatnya tumbuh liar dimana saja yang memiliki genangan, bisa berubah menjadi keuntungan.
Mengapa Eceng Gondok dianggap merusak? sebagian orang mengatakan Karena sifatnya yang mudah tumbuh dan adaptatif, konon eceng gondok dalam waktu sekejap mampu menutupi permukaan sungai ataupun danau dan sangat mengganggu pandangan, jika ingin membuktikan silahkan anda tanam di kolam anda jika kebetulan anda memiliki kolam. Selain itu eceng yang gondok itu juga bisa tumbuh massive, terkadang jadi pemicu banjir karena tanaman yang merambat diatas air itu dapat menahan sampah jadi menggunung, lalu ketika eceng gondok dianggap wabah yang salah banyak orang, mereka selalu berupaya memusnahkan enceng-eceng yang gondok ini karena dianggap sebagai tanaman pengganggu lingkungan dengan membabatnya sampai tuntas, lantas diapakan eceng-eceng yang gondok tersebut? Untuk yang kreatif jadi apapun bisa.
Eceng gondok sudah lama diketahui orang memiliki serat yang mampu dijadikan bahan dasar kerajinan, seperti inilah hasilnya,beberapa potong tas yang diajajakan oleh kang Wawan dan rekannya dari Tasikmalaya dan jauh-jauh menjual barang-barang ini di kota Jambi.
Namanya Kang Wawan dan kang Uday, keduanya berasal dari daerah yang yang sama yaitu Rajapolah-Tasikmalaya Jabar yang dari dulu hingga kini memang dikenal sebaig daerah utama penghasil kerajinan tangan di Tasikmalaya, jika anda dari bandung dan hendak melancong ke Pangandaran, jika melewati jalur nagreg kemungkinan anda akan melewati daerah Rajapolah, irupun seandainya pengendara atau sopir mobil anda mengalihkan ke jalur lain.
Hari minggu kemarin saya bertemu mereka di salah satu Jalan kota Jambi dan sempat mendisplay dagangan mereka di depan kantor asuransi yang kebetulan jika hari libur memang tutup. Saya sempat bercakap-cakap walau tak banyak, mereka mengaku baru tiga hari ini ada di Kota Jambi dan sengaja memasrkan produk berbahan dasar eceng gondok tersebut dengan door to door, bahkan beberapa hari lalu mereka berdua berkeliling di Lubuk Linggau, sempat juga mengeluhkan kurangnya apresiasi terhadap barang kerajinan mereka ini, buktinya tak banyak yang mereka bisa jual di daerah itu.
Pun pada saat saya berbincang, mereka mengaku tak lebih dari 2 potong tas yang mereka bisa jual hari itu, sempat seorang pengendara motor terlihat berhenti lalu saya memperhatikannya sepertinya tertarik dengan salah satu tas lalu bertanya harga dan terlibat tawar-menawar, namun mereka kemudian pergi begitu saja.
Usut punya usut, pembeli keberatan dengan harga 75 ribu saja, padahal perjalanan cukup jauh dari pulau Jawa ke Sumatera cukup lama dan memakan tenaga juga biaya, sabar ya kang, yang penting akang-akang tetap usaha dan dagangannya akan habis sebelum pulang ke kampung halaman.
*****
Produksi apa saja sebetulnya bisa di negeri ini, lantas bagaimana dengan penjualannya? ini yang agak sulit untuk pedagang kecil dan pengrajin sekelas mereka, masyarakat kita cenderung menghargai barang-barang yang datang dari luar negeri dan bermerk serta belanja di Mall ketimbang mengapresiasi saudaranya sendiri.
******