Category Archives: Anak-anak

“Pinjam henpon yah, sama hedsetnya”

“Enggak bawa neng,pake speaker aja”

“Yah….., aku mau dengerin …..roda-roda terus berputar……. tanda masih ada hidup….”

Hah…!! Kapan dia kenal lagu Benny Soebardja? Usut punya usut, mungkin history youtube yang tertinggal.

Baiklah kalo kamu suka, ayah senang mengetahuinya karena belum tentu orang muda  tahu soal lagu ini, apalagi kamu anak kecil.

Tapi menyangkut ketertarikan, salute. Lagu ini memang keren dari berbagai sisi 

Apatis – Benny Soebarja
Album : LCLR 1978

Roda-roda terus berputar
Tanda masih ada hidup
Kar’na dunia belum henti
Berputar melingkar searah

Terik embun sejuta sentuhan
Pahit mengajuk pelengkap
Seribu satu perasaan
Bergabung setangkup senada

LCLR 1978Reff.
Jurang curam berkeliaran
Tanda bahaya sana sini
Padang rumput lembut hijau
Itupun tiada tertampak

Sudah lahir sudah terlanjur
Mengapa harus menyesal
Hadapi dunia berani
Bukalah dadamu
Tantanglah dunia
Tanyakan salahmu wibawa

Sumber Lirik: Klik Gambar (http://lirik-lagulawas.blogspot.com/)

Apa dosanya kata bibi dan tante?

Ilustrasi saja : Sukadamaitiga

Cerita Satu

“Bu…!! Bu..!! itu anak yang tadi anak ibu ya?” perempuan pedagang itu lantang berteriak dan menunjuk seoarang anak perempuan kecil yang masih duduk di kelas satu SD

“iya kenapa bu, anak saya lupa bayar atau bagaimana?” tanyanya pelan

“oh jadi itu anak ibu ya? nggak sopan!” intonasinya meninggi, sambil memalingkan muka menyelidik anak-anak kecil yang tengah memilih jajanan

Semua mata tertuju ke arah si kecil dan pasangan mata anak-anak lainnya, tak urung juga  ibu-ibu yang ada di dalam kantin melihat seolah memandangi penjahat, ada yang didakwa melakukan kesalahan.

“lho..! anak saya nggak sopan kenapa?” mulai tensi

“saya dipanggil bibi!” bernada keras

“Yah bu, cuman dipanggil bibi masa dibilang nggak sopan, masih mending anak saya memanggil ibu ini bibi, dari pada situ dipanggil kakek, bukan saja tidak sopan tapi melecehkan!” mulai sewot

“ya tapi jangan panggil bibi dong anak ibu itu nggak sopan, saya bukan bibi panggil ibulah”

Pertengkaran tak terelakan.

“Lebih nggak sopan mana bu, ibu teriak-teriak didepan orang banyak menuduh anak saya tidak sopan lantas anak saya jadi perhatian banyak orang, kemudian dia merasa bersalah atas apa yang dia lakukan padahal di tempat asal kami bibi itu sama dengan tante, aunty! panggilan dekat respek dan hormat!”

“ya tapi itu disana, disini lain Bibi itu panggilan pembantu!”

“terus kalo anak saya panggil anda bibi lantas ia menganggap pembantu? nak sini, sini nak, besok lagi mohon jangan panggil ibu ini bibi ya nak, panggil saja ibu tapi kalo ibu ini tidak mau dipanggil ibu juga sama kamu nak, terserah kamu mau manggil apa”

Pedagang lainnya di kantin tersebut salah satunya mulai angkat bicara.

“tak masalah koq bu, anak ibu panggil kami bibi toh bukan anak ibu saja yang memanggil bibi, anak-anak yang lainpun sama rata-rata mereka panggil ibu itu juga demikian.”

Dari sini cerita berakhir, ujungnya masih menggantung tanpa ending yang happy misalnya berakhir dengan cerita saling memaafkan.

Definisi BIBI menurut wikipedia dan bahasa Indonesia yang umum.

Bibi adalah saudara perempuan dari orang tua seseorang. Setiap orang memiliki bibi kandung, jika orang tua mereka memiliki saudara perempuan kandung.

***

Cerita kedua

“tante…”

Tak ada sahutan

“tante..yang ini berapa?”

“tante..”

Masih terdiam

“tante yang ini berapa tante.”

“Dik, kalo bisa jangan panggil tante ya..,yang ini dua puluh ribu” meski dengan nada kesal

“Panggil kaka saja kami bukan tante-tante”

*****

Cerita ketiga

“Bi….!”

“Ya, nyonya…!”

“hari ini saya nggak pulang ya bi, jadi titip anak-anak jangan sampai ada yang keluar malam-malam dan besok nggak usah masak, biar anak-anak makan diluar aja sekalian mau main-main katanya ke emol, saya pergi ya bi..!”

Dan cerita keempat

Di ujung jalan dua perempuan sedang terlibat adu argumen.

“tante saya sudah jelaskan kami belum ada uangnya, besok lusa kalo tante kesini lagi kami bayar lunas koq hutangnya kan tinggal sedikit lagi dak apa-apa ditambahin lagi bunganya.”

“Besok kau jangan bohong lagi ya uangku harus kuputar-putar sana-sini supaya bisa orang lain pinjam sama aku”

Tante : Adik perempuan dari ibu atau ayah.

****

The end

Billy Dilarang Ikut Ujian

Di sini ujian merupakan kata lain dari ulangan umum menjelang kenaikan kelas, bukan hanya ujian nasional atau ujian lokal yang namanya ulangan-pun  distilahkan dengan kata ujian.

Namun masalahnya bukan terletak pada istilah ujian, tetapi ketika ulangan umum ini tiba apalagi menjelang kenaikan kelas seyogyanya setiap siswa harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengikuti ujian kenaikan kelas ini, sejauh mana kemampuan mereka menyerap pelajaran yang sudah diajarkan oleh pihak sekolah dan yang sakit sekalipun diusakan untuk menempuh ulangan ini dengan paksa atau jika tidak ulangan susulan saking pentingnya hal tersebut agar tidak mengulang lagi di kelas yang sama dengan teman-teman baru.

Pagi tadi sebuah harian lokal memberitakan  bahwa “Billy Dilarang Ujian” dan pertanyaannya mengapa dilarang? karena konon pihak sekolah punya peraturan yang sudah bertahun-tahun diterapkan dan tak bisa dilanggar bagi siapapun siswa yang bersekolah disana. Billy termasuk siswa yang  kehabisan poin karena sering alpa.

Padahal menurut pengakuan ibu Billy sering tidak masuk sekolah dikarenakan sakit, sementara pemberitahuan sakit anaknya tidak dilengkapi surat keterangan sakit dari dokter dan itu harus.

Sebelum mendapat pemberitahuan anaknya dilarang ujian ia mengaku sempat tiga kali bertemu dengan wali kelas anaknya, namun dalam pertemuan itu pembicaraan tidak menyinggung soal pelanggaran yang sudah dilakukan anaknya.

Ibu Billy mengatakan:

“Bertemu pertma saat bayar uang komite, kedua saat pengambilan raport dan pertemuan ketiga saat saya menitipkan anak saya ke wali kelas, karena dia yang mengawasi anak saya selama sekolah.”

“Kepala dinas,Kepsek mengaku sudah empat kali panggil saya, tapi seingat saya tidak pernah. Mereka hanya panggil saya satu kali dan langsung menyampaikan informasi bahwa anak saya tidak bisa ikut ujian.” (Jambi Ekspres Kamis,05 Juni 2014 Hal:17)

Sekolah sebagai lembaga  pendidikan formal memerlukan banyak hal yang menopang untuk mendukung proses belajar mengajar yang baik antara lain kepentingan dan kualitas harus bisa seimbang sehingga peran  dari kepala sekolah dan guru, peran aktif dinas pendidikan dan atau pengawas sekolah, peran aktif orangtua dan peran aktif masyarakat sekitar sekolah.

Namun  orang tua tentu tidak dapat menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anak mereka  kepada sekolah dan jika sekolah hanya merupakan lembaga yang membantu proses  pembelajaran, maka  dalam pemikiran saya seharusnya peran aktif diperlukan  semua orang tidak hanya pihak sekolah, tidak hanya orang tua, tidak hanya Diknas namun semua elemen yang peduli terhadap pendidikan bisa saling berkomunikasi, jangan sampai tersendat di bagian tertentu.

Sangat disayangkan jika siswa tak bisa mengikuti ujian kenaikan kelas kemudian tertinggal dan mengulang lagi,kan? berapa banyak waktu terbuang, biaya, perhatian, tenaga dan lain-lain dalam satu tahun, jika anaknya sadar dan tidak secara psikologis tidak terbebani untuk tidak naik kelas karena sudah melaksnakan ujian sebagai tolok ukur keberhasilan belajar? anaknya tidak minder bisa saja ia mengulang, tapi seandainya anak itu tak lagi memiliki semangat belajar apa jadinya? tugas tambah berat untuk mengembalikan semangatnya yang kendor.

Lain halnya dengan anak saya yang dengan sadar saya tarik dari sekolahan karena trauma terhadap perilaku Bullying yang dilakukan oleh Oknum pengajar , keterbatasan pilihan dan demi tumbuh kembang anak agar lebih baik,  tidak jadi korban prilaku pengajar  yang tak semestinya dalam pandangan saya, lagian anaknya juga baru saja menginjak enam tahun bulan lalu, tak apa dia mengulang kelas satu lagi di sekolah dasar yang lain.

Proses mediasi sebetulnya bisa saja dilakukan, atau klarifikasi yang layak bukan debat kusir yang mengeraskan urat syaraf. Namun setelah berbulan-bulan tak ada tanggapan terhadap aksi mogok sekolah anak saya dan tak ada reaksi cepat, alternatif lainpun  dijalankan, lebih baik ia mengulang di lembaga pendidikan lain yang tepat.

Hari ini dia mogok sekolah lagi padahal baru satu minggu ini termotivasi lagi untuk pergi menjumpai teman-temannya sambil belajar dari gurunya, alasannya tak cukup simple bukan karena malas, katanya malam terlalu singkat.
“ayo bangun cepat kalo tidak nanti kesiangan”
“aku nggak mau sekolah”
“lho koq?”
“habis malamnya sebentar banget”
Alhasil! Ketidak hadiran tanpa keterangan bertambah lagi jumlahnya, andai malam lebih lama…, tapi apa benar siang terlalu panjang?

Ayolah,kita ke danau tanah putih lagi….

Dia masih lima tahun, kumasukan juga ke sekolah dasar tapi sekolah dasar negeri tak ada yang mau menerima karena usianya belum cukup, alhasil masuk salah satu sekolah dasar swasta di kota ini.

Soalnya, tanggung seandainya kumasukan taman kanak-kanak terlebih dulu, khawatir telat bisa lewat enam tahun hingga sampai tahun depan lalu baru mulai menginjakkan kaki di kelas satu SD, soal Calistung  saya pikir ia sudah punya kemampuan dan terbiasa meski masih terbata-bata saat membaca atau loading lama saat berhitung waktu itu, sayang jika harus  stuck di tempat yang sama.

Singkatnya, ia kelas satu SD kini. Dan semester awal telah dilalui dengan laporan nilai yang cukup membanggakan, paling tidak hanya untuk saya walaupun bukan itu nilai akhirnya, bukan itu tujuannya, bukan pula ranking yang top ten yang dikejar sebab saya orang tuanya dan saya tahu betul perkembangan anak saya, harus bagaimana dan berbuat apa.

Yang jadi catatan untuk saya di buku raportnya adalah tingkat kehadirannya di sekolah, saya hitung-hitung seingat saya ia tidak masuk sekolah lebih dari sebulan walaupun diraport hanya tertera 3 hari izin, 1 hari sakit dan 15 hari tanpa keterangan, saya rasa ini rekor! Lalu saya bangga? tidak juga, sebel sama anak? Ah tidak!, prustasi? Lho..! kenapa memangnya? dan saya menilai akhirnya, mungkin dari tingkat ketidak-hadiran anak saya di sekolah adalah paling tinggi dibanding yang lain,hahaha…saya tertawa saat gurunya menanyakan alas an mengapa tingkat kehadirannya bias demikian dan saya terangkan ujungnya hanya member perhatian semester selanjutnya tak boleh demikian, lucu! jadi teringat sewaktu SMA dulu, tingkat kehadiran saya juga paling tinggi dalam ke-alfa-an hingga 58 hari di semester awal.

Lho koq bisa?

Bisa, tapi bukan karena keinginan madol dan tidak perhatian terhadap pendidikan diri sendiri di bangku sekolah, terlebih masalah pendidikan anak, pendidikan anak jelas sangat penting dan jauh lebih penting dari apa yang yang dianggap penting lagi setelah menghidupinya bahkan kita diakarkan dengan kisah  para nabi dan rasul yang diutus ke muka bumi ini selalu memberikan perhatian kepada anak-anaknya. Kisah para nabi atau rasul beserta anak-anak mereka banyak diabadikan di dalam Alqur’an. Kisah mereka memberi gambaran, betapa sangat penting  memperhatikan keadaan anak, terlebih masalah pendidikan spiritualnya, agamanya. Lantas orang tua mana yang tidak menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya? bahkan jika bisa, maunya semuanya yang terbaik dan berjalan dengan sempurna.

Saat ini hanya sebatas melakukan yang semestinya, meski semua belum berjalan di jalan semestinya, namun paling tidak usaha itu sedang dilakukan, anak-anak sedang diarahkan meraih tujuan mereka suatu saat mengerti apa tujuan hidupnya, seandainya ia bertanya  mengapa hari-hari kini harus terisi dengan hal-hal yang tak pernah diharapkan, menjalani proses yang luar biasa, nak! mohon jangan katakan bahwa hari ini adalah hari-hari berat, ini mungkin sincrodestiny  dan kamu sedang ditempa agar semakin terbentuk dan tajam, aku yakin semuanya pasti bisa dilewati, terimakasih untuk hari-harimu yang selalu menari, bernyanyi dan memberi warna pelangi serta menambah kekuatan bahwa aku adalah orang hidup.

Mari menari lagi setelah liburan usai diawal Januari ini, ternyata sampai hari ini kamu tak mau masuk sekolah lagi dengan banyak alasan diantaranya, jika yang mengantar bukan mami tak mau pergi! aku tak memaksa memang kamu belum saatnya masuk SD, ayolah kita ke danau tanah putih lagi kita bermain-main tanah sambil melihat ikan-ikan yang sesekali nyembul ke permukaan, diamana itu danau tanah putih? apa kamu masih mau merahasiakannya karena orang lain mengenalnya dengan nama lain yang populer.

Ayo sembunyi dimana lagi.

IIlustrasi : chronicledotcom

Facebook kini sudah tidak keren untuk anak-anak muda karena para orangtua sama-sama punya akun untuk memantau kegiatan anak-anaknya di jejaring ini, lantas mereka banyak yang lari ke socmed lain yang dianggap lebih mutakhir dan terhindar dari kegiatan ngintip sesepuhnya, usia facebook memang belum cukup dikatakan sepuh, namun anak-anak selalu mencari jalan untuk sembunyi jika kegiatan yang mereka anggap privacy tak aman lagi, termasuk anak-anak lelaki yang sering ngumpet di kamar mandi.

Ternyata banyak remaja pengguna Facebook beralih  ke alternatif seperti Snapchat dan WhatsApp. Dan Profesor Daniel Miller dari University College London, yang bekerja di Global Media Social Impact Study , mengatakan anak-anak Inggris “bahkan malu jika dihubungkan dengan Facebook”. seperti dikutip Antara

Obat kuat

Status fesbuk atau tuit status seseorang  terkadang  datang betul-betul dari lubuk hati  yang paling dalam, entah ketika kondisi orang yang bersangkutan dalam keadaan gamang, gembira, sedih, gundah gulana, senang dan segala macam bentuk emosi baik itu negatif atau positif tergantung suasana penulisnya saat memposting kalimat itu. Dan tak jarang sebuah kutipan yang sebetulnya mungkin juga disengaja untuk memotivasi dirinya sendiri atau orang lain, atau hanya sekedar gagah-gagahan dengan mengutip kalimat-kalimat yang pernah terlontar dari orang-orang besar, tapi apa masalahnya? Tentu tak ada masalah malah bisa jadi lebih baik memposting kutipan-kutipan orang-orang hebat dari pada posting kata-kata yang tak jelas apa dan kemana tujuannya, meski tak semua kutipan juga pas untuk setiap orang.

Beberapa bulan ini saya tengah gundah dengan usia, umur kian hari kian bertambah andaikan umur manusia modern sekarang dengan harapan hidup sampai umur delapan puluh  tahun berapa lama lagi saya bisa bersama-sama dengan anak-anak? berharap sih lebih panjang lagi dan hidup bermanfaat bukan pikun dan merepotkan dan Sementara sikondom alias situasi kondisi dan domisili saya dengan anak-anak sangat berjauhan, dalam kondisi terpaksa long distance relationship (singkat saja LDR-lah kepanjangan,ribet banget bacanya) seperti ini segalanya serba tak karuan, urusan rindu mah itu sudah pasti setiap saat! namanya juga saa anak istri, makanya ada pribahasa yang mengatakan makan nggak makan asal ngumpulinilah mungkin sebuah filosofi hidup yang mengutamakan kebersamaan dalam keadaan apapun,barangkali dengan maksud ada dan  ketiadaannya seseorang berdampak pada daya dan upaya orang yang bersangkutan.

Eh, tapi pilih mana? Makan nggak makan ngumpul atau saling berjauhan asal tetap makan?Ada sebuah kutipan yang luar biasa dahsyat dan bersahaja, buat saya kuitpan ini sangat telak dan mewakili kegundahan saya dalam beberapa bulan terakhir diantara rindu menjalani keteraturan, misalnya ngantorjam Sembilan pagi dan pulang jam lima sore, hari minggu dan hari libur merasakan juga liburan seperti layaknya para warga nine to five rindu akan suara anak-anak dari belakang pintu ketika saya disambut pulang dengan teriakan “Dor.!” Seketika saya pura-pura kaget dan terjatuh dengan harapan anak-anakku tertawa kegirangan berhasil mengerjai bapaknya sesaat baru saja sampai rumah, lalu mereka menanyakan sesuatu “Ayah bawa apa?” saya yakin mereka tak mengharap bawaan saya baik itu berupa es krim, beberapa buah permen atau kripik dan jajanan anak-anak, saya meyakini mereka menunggu kehadiran bapaknya setelah sekian jam kehilangan, bawaan hanya bonus saja karena sepengalamanku tak bawa apapun ketika sampai di rumah mereka tak pernah protes tak terlihat kekecewaan, justru malah saya yang kecewa mengapa lupa membelikan sesuatu? Jikapun kehabisan uang untuk sekedar membeli permen mah insya Allah pasti ada. kembali ke soal kutipan, bacaan saya selama ini memang berkurang selain tulisan di web , entah jumlah bukunya, baik itu waktunya, entah juga niatnya? Sekarang tak mampu lagi beli buku, buku kini mungkin barang mewah untuk sebagian orang, tapi sebetulnya jika niat bisa dicari di perpustakaan atau rental ya toh? Kan suka ada orang-orang kreatif dengan usaha penyewaan buku, ini nih kutipan itu yang ( sumpah baru kali itu saya menemukannya dari status fesbuk teman yang lewat di timeline)  perlahan kalimat ini kubaca dengan seksama dan dala tempo yang sangat lambat karena ini menyangkut soal ayah, yah aku rindu dipanggil ayah bukan lewat telpon.

“Panggilan ‘ayah’ dari anak-anak, ketika si buruh pulang dari pekerjaannya, adalah ubat duka dari dampratan majikan di kantor. Suara ‘ayah’ dari anak-anak yang berdiri di pintu, itulah yang menyebabkan telinga menjadi tebal, walaupun gaji kecil. Suara ‘ayah’ dari anak-anak, itulah urat tunggang dan pucuk bulat bagi peripenghidupan manusia.” ― HamkaCermin Penghidupan ― Persis, aku merindukan hal itu bukan hanya wujud kebersamaan satu atap rumah berkumpul berinteraksi bercengkrama, mendidik langsung dengan pola kita sendiri, menemani mereka kemana-mana mereka mau, mengajari ei, bi, si, di  atau a, ba, ta, tsa dan A,B,C,D lalu bercerita tentang negeri 1001 dongeng, lebih dari sekedar itu  merindu synergi yang luar biasa dari keluarga yang membuat power lebih kuat dan berdaya, sungguh Suara ‘ayah’ dari anak-anak, itulah urat tunggang dan pucuk bulat bagi peripenghidupan manusia.

We’ll together again daughter and son, ASAP

(Jambi, 22 April 2013)

Hari ini ibumu berulang tahun

Hari ini ibumu berulang tahun ya nak? kau tentu tak akan tahu jika tak diberi tahu tapi tolong nyanyikan lagu yang sering kita nyanyikan lewat telpon bukan pelangi-pelangi atau naik-naik ke puncak gunung tapi lagu yang sering kau minta aku nyanyikan ketika kau pulang dari undangan temanmu,kau ingat saat kau pulang dengan satu goodie bag yang berisikan chiki-chiki,agar-agar,ice cream dan topi serta terompet? Iya,Lagu selamat Ulang tahun! Ayo nyanyikan nak kemudian berdoalah agar ibumu tetap sehat wal’afiat,dimudahkan jalannya untuk menggapai rejeki yang telah ditebarkan Tuhan hingga ia mampu dengan mudah meraihnya hingga menemukan keberkahan. Doakan selalu ibumu agar sehat lahir bathin selalu dan tahu betul bagaimana ia harus menjalankan perannya sebagai perempuan yang cukup berat memikul beban termasuk beban yang aku pikulkan dengan keputusan bahwa aku harus jauh dari kalian,berkali-kali aku minta doakan selalu ya nak, agar ia sejahtera dan sehat selalu dengan begitu ia bisa memenuhi harapanku untuk tetap menjga dan merawat baik dirimu sampai kau mengerti betul bahwa kami punya cerita dan perjalanan yang rumit dan panjang.

Nak,tolong sampaikan pada ibumu selamat ulang tahun untuknya,semoga Allah memberkati. (Sumatera 12 Mei 2012)