Reportase

Ilustrasi : beernexus.com

Berada di sebuah kelas jurnalistik  dan harus menerangkan banyak hal membuat saya harus kembali membuka file-file yang terkumpul dalam memori otak, tapi ternyata tak semudah mengembalikan sebentuk file di komputer setelah melalui proses searching, terlebih waktu beberapa jam tak bisa menyampaikan begitu banyak materi, jadi semua yang diterangkan serba tidak tuntas dan terburu-buru segalanya serba umum dan hanya garis besarnya saja, meskipun so far running well.

Hingga pada akhirnya saya harus menuliskan sedikit karena sempitnya waktu untuk menulis artikel  agar teman-teman yang tempo hari mengikuti praktikum penguatan materi kuliah bisa kembali membaca, mengingat dan menerapkan.

Menjadi ‘penyiar’ alias orang yang menyebarkan syi’ar dituntut memiliki banyak kemampuan, yang pasti kemampuan berbicara didepan banyak orang, berbicara didepan mic, di ruang siar dan di depan kamera, berkarakter, tegas, suara lantang, jernih, logis dan sistematis.

Anggaplah sesuatu yang sistematis itu adalah berita, maka tumbuhkanlah jiwa jurnalis, karena dengan jiwa jurnalis itu kita punya i’tikad serba tahu kemudian mencari tahu dan memiliki pengetahuan sebanyak-banyaknya (diluar pendidikan akademis dan membaca buku/dll) yang pada akhirnya akan ada informasi yang masuk ke dalam pikiran kita sehingga bisa kita sampaikan kembali ke khalayak, sementara wawasan bisa dicari, didapatkan dari berbagai rangkaian pengalaman dan pengamatan.

Waktu itu saya ingin memberikan materi detail mengenai reportase.

Dalam dunia jurnalistik ada yang bernama reportase; salah satu kegiatan yang harus dilakukan seorang reporter untuk mengumpulkan data dan fakta dari sebuah peristiwa untuk penulisan berita yang siap diterbitkan dalam bentuk tulisan atau disampaikan langsung secara live baik lewat media radio atau televisi.

Dan setiap peristiwa mengandung 5W+1H 

Selanjutnya saya Kopas dari catatan di fesbuk mengenai reportase ini , semoga teman-teman bisa mengaplikasikan langsung dengan membuat radio komunitas mahasiswa rasanya akan lebih afdol :))

Inilah yang lazim dilakukan awak  jurnalis dan tulisan ini sebetulnya banyak terserak di internet, tapi jika manfaat mengapa tidak untuk disebarkan kembali selain mengetik memakan banayk waktu hehe…

Dari banyak sumber silahkan dibaca :

What           : Apa peristiwa yang terjadi?

Who            : Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu?

When          : Kapan peristiwa itu terjadi?

Where         : Dimana peristiwa itu terjadi?

Why            : Mengapa peristiwa itu terjadi

How             : Bagaimana peristiwa itu terjadi?

5W+1H ini merupakan pertanyaan dasar yang harus terjawab dalam sebuah reportase. Data dan fakta dapat dikumpulkan sebanyak-banyaknya dengan mengembangkan 5W+1H tersebut.

Berita yang baik harus: sederhana, detail tapi tidak bertele-tele, dan berwarna. Berita yang sederhana, menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti, kalimat yang pendek dan tidak berbelit, dan usahakan setiap  hanya mengandung satu informasi pokok.

“Detail membangun kepercayaan terhadap informasi yang disajikan, sekaligus memberi warna dan wibawa pada berita”

Struktur berita:

judul,

kepala berita atau lead

tubuh berita

penutup

Judul: Sebuah judul yang baik harus menjelaskan inti berita, tidak terlalu panjang, dan mengunakan kata-kata atau kalimat aktif “

Dalam melakukan reportase, ada etika yang harus ditaati oleh reporter, antara lain:

1. Cocer both side. Meliput semua pihak yang terkait, tanpa membedakan.

2. Fairness. tidak memanipulasi fakta.

3. Balance. Keseimbangan dalam pencarian data dan pemberitaan.

4. Kode Etik Jurnalistik. Mutlak harus dipatuhi

5. Tidak mempublikasikan identitas atau pernyataan  nara sumber jika nara sumber meminta off the record.

Teknik Reportase

1. Wawancara

Wawancara merupakan bentuk reportase  dengan cara mengumpulkan data berupa pendapat, pandangan, dan pengamatan seseorang tentang suatu peristiwa.

Dalam melakukan reportase, reporter harus pintar memilah-milah narasumber yang nantinya akan melengkapi bahan penulisan berita. Narasumber dapat dipilah menjadi narasumber primer dan narasumber sekunder. Narasumber primer merupakan narasumber yang memegang peran penting dalam sebuah peristiwa. Narasumber Sekunder berfungsi untuk melengkapi dan mendukung penulisan berita.

Ketika melakukan wawancara, ada tiga hal yang tidak boleh dilupakan oleh reporter:

  • Identitas dan atribut narasumber
  • Pendapat narasumber terhadap peristiwa
  • Kesan narasumber terhadap peristiwa

Beberapa persiapan yang dilakukan reporter agar wawancara berjalan lancar dan efektif, antara lain:

  • Menguasai tema yang akan ditanyakan kepada narasumber. Jika pengetahuan reporter tentang tema sedikit, maka akan timbul banyak kesulitan saat melakukan wawancara.
  • Siapkan TOR (Term of Reference). Ini penting agar tidak ada permasalahan yang luput ditanyakan kepada narasumber.
  • Membawa alat perekam. Selain berfungsi untuk memudahkan reporter menulis hasil wawancara, alat perekam juga dapat berfungsi sebagai bukti jika sewaktu-waktu narasumber mengelak dan protes terhadap berita yang ditulis.
  • Menghargai narasumber dan membuat janji. Membuat janji dengan narasumber itu penting. Karena ada beberapa narasumber yang enggan melakukan wawancara langsung tanpa membuat janji. Ingat, menjaga hubungan baik dengan narasumber itu sangat penting untuk kemudian hari. Banyak narasumber yang kecewa dan enggan bertemu repoter tertentu.

2. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan teknik reportase dengan cara mengamati baik setting maupun sebuha peristiwa di lapangan. Dengan terjun langsung ke lapangan, reporter akan merasakan langsung peristiwa yang terjadi dilapangan sehingga ia bisa menyampaikan informasi yang valid kepada para pembaca.

3. Riset Dokumentasi

Riset Dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dan fakta dengan riset melalui buku, internet, dan sumber-sumber dokumentasi data lainnya.

Proses Reportase Hingga Menulis

Tema-tema yang dihasilkan rapat redaksi tersebut dijadikan pedoman untuk peliputan. Dalam proses ini, teknik reportase penting untuk dikuasai. Reportase merupakan bagian terpenting dari pemberitaan. Karena dari sinilah realitas dalam media tersebut diciptakan.

Kita jangan terpaku pada pernyataan institusi resmi tanpa melakukan verifikasi sebelumnya. Memang pernyataan sikap itu penting, tapi untuk menampilkan fakta kepada pembaca, menulis laporan secara akurat, reportase rasanya menjadi wajib. Ingat isitilah yang sangat terkenal dalam kerja wartawan: talking is cheap, reporting is expensive.

  • Reportase merupakan proses pencarian informasi. Bagi media yang mempunyai etika dalam proses jurnalistik, reportase akan menghindarkan kita pada pengkoveran satu sisi. Tidak cover both side. Untuk itu, reportase juga bermanfaat untuk verifikasi. Mengecek kebenaran yang terjadi.
  • Reportase atau news gathering meliputi wawancara, observasi lapangan, dan riset dokumentasi. Untuk menghasilkan laporan yang bagus, ketiganya harus dilakukan.
  • Wawancara. Dilakukan pada narasumber yang tepat. Tidak sekedar yes no question. Menggali informasi atau klarifikativ untuk menghindari libelling. Selain itu wawancara juga bisa bersifat personality, lepas dari konteks berita yang diangkat. Misalnya wawancara tokoh.
  • Observasi lapangan. Sebagai bumbu dalam laporan, kita perlu melakukan observasi terhadap realitas di lapangan. Kita tidak bakal mengetahui bagaimana kondisi di lapangan jika tidak langsung turun ke lapangan. Kita bakal mengetahui kondisi sesungguhnya. Bagaimana proses pengerukan pasir di Riau, kebakaran di Jakarta, dll.

Riset dokumentasi. Untuk menambah bobot laporan, data-data kuantitaf atau dokumentasi dapat digunakan. Tujuannya menampilkan informasi penguat. Tentu yang berkaitan dengan laporan. Organizing file, coding, dll.

Dalam investigative reporting sangatlah penting untuk melakukan riset reportase. Mulai dari data-data sekunder, hingga pencarian informasi. Sumber informasi laporan investigasi biasanya dibagi menjadi empat, yaitu ;

  • on the record. Semua pernyataan sumber ini boleh langsung dikutip dengan menyertakan nama serta identitas narasumber.
  • On background. Semua pernyataan boleh langsung dikutip, tapi tidak menyebutkan nama atau identitas lain narasumber itu. Jurnalis biasanya melakukan penawaran agar bisa menyebutkan lembaga atau profesinya. Misalnya sumber Tempo di DPR, orang dekat presiden, dll
  • On deep background. Semua pernyataan boleh digunakan, tapi tidak dalam kutipan langsung dan tidak untuk sembarang kutipan. Informasi tersebut hanya untuk jurnalis sendiri, tanpa menyebutkan sumbernya.
  • Off the record. Informasi hanya untuk jurnalis dan tidak dapat disebarluaskan dalam bentuk apa pun. Dan ini tidak dapat ditawar lagi.

 Jika proses peliputan dirasa sudah cukup, baru melangkah pada penulisan. Kategori penulisan meliputi informatif dan persuasif.

Informatif  dibagi lagi menjadi

1. Berita atau news; jenis tulisan yang menyajikan informasi fakta-fakta aktual. Unsur berita yaitu :

  • Signifikan atau informasi itu sangat penting untuk diketahui. Misalnya proses amandemen, RUU Keistimewaan DIY, kenaikan harga.
  • Magnitude informasi itu di luar kebiasaan. Misal, berita tentang pesawat yang menabrak WTC.
  • Timelines, informasi itu aktual atau up to date untuk sekarang. Misal, perayaan hari Tani.
  • Proximity, informasi itu dekat secara emosional dengan pembaca. Misal, berita tentang pemilihan kepala daerah. Prominance, informasi itu menampilkan sosok ayng tenar. Misal, berita tentang proses pengadilan Akbar Tanjung. Human Interest, informasi itu menyentuh perasaan. Misal, berita tentang kondisi TKI di Nunukan

Dalam kategori ini dibagi menjadi soft news yakni informasi yang menekankan hal yang paling menarik sebagai contoh ’Pernikahan Guruh Soekarnoputra dengan penari dari Uzbekisthan’. Dan straight news, yakni informasi yang menekankan fakta yang penting, sebagai contoh ’proses perumusan RUU Keistimewaan DIY’.

2. Features merupakan karangan khas yang lebih menekankan aspek human interest yang tinggi. Selain itu juga dapat berupa profil seseorang, laporan perjalanan, metode penyampaian tertentu, sejarah. Contohnya tentang kehidupan penambang belerang di kawah Ijen

3. Indepth merupakan laporan yang sifatnya mendalam. Menampilkan banyak sisi dengan satu tema. Secara spesifik jenis laporan ini dinamakan investigasi. Yang karakteristiknya sangat berat. Yakni, mampu mengungkap kebenaran yang selama ini ditutupi, merupakan kebohongan terhadap publik, serta mampu menangkap pelakunya. Sebagai contoh laporan Tempo tentang pembelian eks kapal Jerman tahun 1994.

Dengan mengetahui kategori atau jenis tulisan, kita lebih mudah memasukkan laporan kita dalam klasifikasi tersendiri. Sedang dalam teknik penulisan terdapat perbedaaan yang penting antara penulisan berita dengan feature.

Jika penulisan berita menggunakan teknik penulisan piramida terbalik. Artinya, informasi yang paling penting diletakkan pada awal tulisan. Kemudian informasi penting, dan ’agak tidak penting’ untuk diketahui pembaca. Tujuannya untuk memanjakan pembaca.

Sedang untuk penulisan feature menggunakan piramida yang tidak beraturan. Artinya, informasi penting atau ’tidak’, letaknya tersebar dalam bodi teks secara acak. Tujuannya agar laporan tidak kaku dan membuat penasaran pembaca.

Dalam penulisan laporan indepth tidak jauh dengan feature karena laporan ini biasanya membutuhkan pemaparan situasional sebagai bumbunya.

Kategori penulisan kedua adalah Persuasif.

Orang bilang opinion article.

Hal ini meliputi essay, kolom, atau opini; Berisi paparan pribadi tentang suatu kejadian tertentu. Sifatnya ilmiah dan analitik. Bentuk lain berupa , resensi buku, surat pembaca, atau tajuk rencana. Tajuk rencana berisi opini redaksi tentang headline atau peristiwa yang sedang berkembang.

Jadi, sebetulnya gampang-gampang susah dan susah-susah gampang! tapi, apa yang susah jika berhasil mencoba dan apa yang gampang jika kita tak melakukannya? ini bukan pesan namun hanya sekedar concern saja terhadap teman-teman penerus dunia broadcasting, sebetulnya yang terpenting adalah kemampuan berbahasa; kembali ke soal bahasa yang baik dan benar, pointer-pointer tadi hanya memandu berdasarkan teori, lalu praktis bahwa dengan berlatih berulang-ulang akan terbiasa dan jadi Good Habitual.

Perhatikan .., S.P.O.K 🙂

Salam.

1 thought on “Reportase

Leave a comment